Diantaranya, apa yang
dijelaskan oleh Al-
Imam Ibnul Qoyyim
bahwa do’a-do’a dan
ta’awwudz-ta’awwudz
(do’a-do’a dalam
rangka memohon
perlindungan kepada
Allah subhanahu wa
ta’ala) kedudukannya
seperti sebuah
senjata. Dan tentunya
sebuah senjata tidak
semata-mata hanya
mengandalkan
ketajaman saja. Akan
tetapi juga meliputi
kelengkapan-
kelengkapan lainnya,
seperti gagang/
pegangan senjata
tersebut, dan lain-
lainnya. Maka ketika
senjata tersebut
adalah senjata yang
sempurna dan tidak
ada kekurangan
padanya,
pemegangnya adalah
orang yang ahli, serta
tidak ada penghalang
lain untuk mengenai
sasaran, maka ia akan
mampu
menghancurkan
musuh. Akan tetapi
sebaliknya, jika hilang
kesempurnaan senjata
tersebut atau ada
padanya kekurangan,
maka kurang atau
bahkan hilang
pengaruhnya
terhadap musuh
(tidak bisa
menghancurkan
musuh).
Beliau juga
menjelaskan bahwa
do’a merupakan obat
yang sangat mujarrab
(terbukti) dan sebagai
pelindung dari bala /<br />
musibah, mencegah<br />
dan mengobatinya,<br />
serta meringankan<br />
bila musibah telah<br />
menimpa. Peran do’a<br />
terhadap musibah ada<br />
tiga keadaan:<br />
1. Keberadaan do’a<br />
terhadap bala lebih
kuat daripada bala<br />
sehingga bisa<br />
mengangkat/<br />
menghilangkan bala
atau musibah
tersebut.
2. Keberadaan do’a
terhadap balalebih<br />
lemah daripada<br />
bala, maka bala<br />
tersebut akan<br />
menimpa hamba<br />
(yang berdo’a). Akan<br />
tetapi terkadang do’a<br />
yang lemah tadi bisa<br />
meringankan bala
yang menimpa.
3. Keberadaan do’a
terhadap bala`
berimbang atau sama
kuat, sehingga saling
mencegah satu
dengan yang lain.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam